Teori Pembelajaran

Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:

1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.

3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.

4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.

5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

6.  Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.

7. Memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan   performance siswa.

8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.

9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

Psikologi Pendidikan

Definisi Psikologi

William James,1980: Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya.

Wilhelm Wundt, 1892: Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pukiran serta kehendakkita yang bertolak belakang dengan setiap obyek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam.

James Angel, 1910: Semuakesadaran dimana saja, normal atau ubnormal, manusia atau binatang, merupakan pokokpermasalahan yang dicoba untuk dijelaskan oleh ahli psikologi, dan tidak ada definisi ilmu iniyang sepenuhnya dapat diterima, semua bunyinya kurang lebih sama.

John B. Watson, 1919: Bagi aliran behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia, perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak, sebagai pokok masalah.

Kurt Koffka, 1925: Sebagai definisi sementara ini, kita boleh mengatakan bahwa pokok masalahnya adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar.

Arthur Gates 1931: Dipandang secara luas, psikologi mencoba menemukan peraturan umum yang menerangkan perilaku organism hidup.bidang ini mencoba menunjukkan, menerangkan dan menggolongkan berbagai macam kegiatan yang sanggup dialakukan oleh binatang, manusia atau lainnya.

Norman Munn, 1951: Psikologi byasanya didefinisikan sebagai “ilmu mengenai perilaku”. Tetapi hal yang menarik, pengertian “perilaku” yang telah mengalami perkembangan sehingga sekarang ikut menangani hal yang pada masa lampau disebut pengalaman. Hal-hal pribadi seperti proses-proses (subyektif) seperti berfikir, sekarang berhubungan dengan “perilaku dalam”.

Kenneth Clark dan George Millter, 1970: Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara berbicara dan prerubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.

Richard Mayer, 1981: Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahamiperilaku manusia.

Definisi Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan. Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Definisi Pendidikan menurut para ahli:

1. John Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses tanpa akhir (education is the process without end). Dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (daya intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

2. Van Cleve Morris berpendapat bahwa pendidikan adalah studi filosofis yang pada dasarnya bukan hanya alat untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, melainkan juga merupakan agent (lembaga) yang berugas melayani hati nurani masyakat dalam perjuangannya mencapai hari yang lebih baik.

3. Herman H. Horne menyatakan bahwa pendidikan adalah proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan alam jagat raya.

4. Dr. Omar Muhammad Al Toumy al Syaebani mengartikan pendidikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individual (orang per orang) dalam kehidupan pribadinya, dalam kehidupan sosial (kemasyarakatan) – nya dan dalam kehidupan di lingkungan alam sekitar melalui suatu proses.

5. Dr. Mohammad Fadhil al- Djamaly berpendapat bahwa pendidikan adalah proses mengarahkan derajat kemanusiaan sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).

6. Dr. M.J. Langeveld berpandangan bahwa pekerjaan mendidik adalah membimbing anak didik yang belum dewasa kearah kedewasaan yang bercirikan kemandirian (self-standing).

  1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
  2. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
  3. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.

Pengertian Pendidikan versi Wikipedia

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Dari berbagai pengertian-definisi tersebut di atas dapat kita kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki, melanjutkan mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.

 

Definisi Psikologi pendidikan

 

Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12).

Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :

  • Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
  • Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
  • Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
  • Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
  • Penyenggaraan pendidikan keguruan

Menurut Muhibbin Syah,

Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.

Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)

Definisi Psikologi pendidikan adalah …… a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.

Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.

Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)

Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.

Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)

Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being.

Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

 

Tujuan Psikologi Pendidikan

Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan, antara lain :

a. Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.

b. Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalah hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya

c. Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik.

Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa¸tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan. Mencakup dua dimensi, yaitu :

a. Bagi Individu, bermanfaat secara materiil, formil dan praktis.

b. Bagi sosial, (dalam prinsip-prinsip) :

1. Homo socious / social being, manusia tidak akan menjadi manusia tanpa adanya manusia lain.

2. Saling mengerti atau memahami: tentang bakat seseorang, hoby seseorang, kecerdasan seseorang, dll

3. Saling berusaha menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini apa yang diinginkan oleh peserta didik akan mudah dimengerti oleh guru.

 

Objek Psikologi Pendidikan

Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam:

a. Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun obyek material dari psikologi ialah manusia.

b. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. maka obyek formal dari psikologi adalah berbeda beda menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek formalnya adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Decrates obyek psikologi itu adalah gejala-gejala kesadaran yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan sebagainya.. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan abad ke 20 ini yang menjadi obyeknya adalah tingkah laku manusia yang tampak. Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidak sadaran manusia.

Pada umumnya psikologi itu dapat dibagi menjadi dua golongan besar:

1. Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh Plato dan Aristoteles.

2. Psikologi empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen  dan mengumpulkan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.

Psikologi empiri dapat dibagi atas:

1. Psikologi umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.

2. Psikologi  khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya.

Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi seperti antara lain:

– Psikologi Perkembangan, Psikologi Pemuda, Psikologi Kedokteran, Psikologi Kriminil, Psikologi Teknik, Psikologi Sosial, Psikologi Ketidak sadaran, Behaviorisme, Psikologi Gestalt.

 

Metode dalam Psikologi Pendidikan

Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya “Educational Psychology” bahwa metode-metode pokok dalam psikologi pendidikan adalah:

1. Metode Experimental

Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya. (Shalahuddin,1990:23). Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat “mencemari dan mengotori” hasil penelitian. Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian:

Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:

– Ada masalah (problem)

– Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem

– Alternatif jawaban/hipotesis

– Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan

– kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:12)

Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak (Slavin,2008:21)

2. Metode Questionare

Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada suatu kelompok  individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian. Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:

a. Tidak terlalu memakan biaya.

b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.

Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)

3. Metode Klinis

Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)

Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:

  • Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
  • Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
  • Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
  • Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)

4. Metode Case Study

Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik. Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin,1990:26)

5. Metode Introspeksi

Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:9)

 

Manajemen Pendidikan

PLANNING (PERENCANAAN)

Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.

Dalam melaksanakan perencanaan ada kegiatan yang harus dilakukan, yaitu melakukan prakiraan (rencana) kegiatan organisasi dan penganggaran (budgeting). Prakiraan berfungsi untuk menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan kedepan oleh organisasi sebagai upaya mencapai tujuan organisasi. Dalam melakukan prakiraan, haruslah selalu memperhatikan tujuan organisasi, sumber daya organisasi dan juga melakukan suatu analisis organisasi (bisa menggunakan SWOT) untuk mengetahui potensi internal dan eksternal.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan, yakni harus  SMART. SMART yaitu Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. Measurable artinya program kerja organisasi atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan tidak dapat dilaksanakan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.

Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur, maka perlu juga melakukan perencanaan penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan. Prinsip dalam melakukan perencanaan penganggaran,adalah mengunakan segala sumber daya keuangan secara efesien dan se-efektif mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius, agar organisasi tidak melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat sumber-sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan :

1.      Analisis situasi & identifikasi masalah

Melakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi organisasi dengan memperhatikan tujuan organisasi. dalam melakukan analisa situasi dapat menggunakan teknik analisis SWOT

2.      Menentukan skala prioritas

Setelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka perlu dilakukan penentuan skala prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal ini agar kebutuhan organisasi yang mendesak didahulukan untuk menjamin keberlangsungan organisasi

3.      Menentukan tujuan program

Agar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuan program, sehingga nantinya pelaksanaan program dapat diukur capaiannya.

4.      Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya menyusun anggaran)

ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan organisasi. Menurut George R. Terry, tugas pengorganisasian adalah mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan dan  memanfaatkan seluruh kemampuan kesuatu arah tertentu.

Dalam pengorganisasian kegiatan yang dilakukan yakni staffing (penempatan staf) dan pemaduan segala sumber daya organisasi. Staffing sangat penting dalam pengorganisasian. Dengan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat dalam organisasi, maka kelangsungan aktivitas organisasi tersebut akan terjamin. Fungsi pemimpin disini adalah mampu menempatkan the right man in the right place. Pemimpin harus mampu melihat potensi-potensi SDM yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan aktivitas roda organisasi. Setelah menempatkan orang yang tepat untuk tugas tertentu, maka perlu juga mengkoordinasikan dan memadukan seluruh potensi SDM tersebut agar bekerja secara sinergis untuk mencapai tujuan organisasi.

Langkah-langkah Pengorganisasian :

  • Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. (Menjelaskan keseluruh staff tentang tujuan organisasi yang harus dicapai)
  • Mendistribusi pekerjaan ke staff secara jelas. (Mendudukan orang-orang yang berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada posisi strategis yang kosong, karena akan berpengaruh pada keseluruan pencapaian organisasi)
  • Menentukan prosedural staf. (Menentukan cara kerja dan evaluasi para staff, serta punishment dan reward yang diterima. Selain itu juga menjelaskan tentang garis koordinasi dan sinergitas dalam organisasi, sehingga seluruh posisi dipadukan untuk menuju tujuan organisasi)
  • Mendelegasikan wewenang. (Berani untuk mendelegasikan wewenang sesuai dengan tugas dan fungsi tiap-tiap staff)

ACTUATING (PENGGERAKAN)

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan semua anggota kelompok untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.

Dalam mengimplementasikan aktivitas organisasi, pelaku organisasi harus :

  1. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
  2. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,
  3. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak,
  4. Tugas yang diberikan cukup relevan,
  5. Hubungan harmonis antar rekan kerja.

Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi. Sedangkan koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan. Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.

Pekerjaan memimpin meliputi lima kegiatan yaitu :

  •  Mengambil keputusan
  • Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara pemimpin dan bawahan.
  • Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
  • Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya secara tepat
  • Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dalam memimpin ada kegiatan direction (perintah) dan motivasi. Perintah adalah petunjuk atau penjelasan kerja, serta pertimbangan dan bimbingan, terdapat para pelaku organisasi yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional, agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya direction (perintah) seringkali dilakukan bersamaan dengan controlling. Jika perintah yang disampaikan pemimpin sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari staff, maka staff pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Sedangkan motivasi dapat dilakukan dengan cara mejadikan staff sebagai rekan kerja, serta memberikan reward (penghargaan) apabila staff bekerja secara baik.

Tujuan Actuating (Penggerakan) adalah :

  • Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
  • Mengembangkan kemampuan & keterampilan staf
  • Menumbuhkan rasa memiliki & menyukai pekerjaan
  • Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi & prestasi kerja staf
  • Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

CONTROLLING (PENGENDALIAN/ PENGAWASAN)

Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan koreksi. Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat dengan maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan, baik dalam bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan antisipasi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan lingkungan sekitar organisasi.

Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat perkembangan organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif, terhadap aktivitas organisasi, maka upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Manfaat pengawasan :

  • Dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan
  • Dapat mengetahui adanya penyimpangan
  • Dapat mengetahui apakah waktu & sumber daya mencukup
  • Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
  • Dapat mengetahu staff yang perlu diberikan penghargaan/promosi

Proses controlling meliputi :

  1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,
  2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan melaksanakan evaluasi terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang dimiliki,
  3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar.Kembali membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal (rencana) kegiatan tersebut dilaksanakan, dan mengukur capaian keberhasilannya,
  4. Melakukan tindakan perbaikan.Jika ada kesalahan atau penyimpangan, segera melakukan perbaikan,
  5. Meninjau dan menganalisis ulang rencana.

Kembali membuat rencana baru jika terjadi penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai dengan tujuan program, maka perlu dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan program yang berhasil tersebut, sehingga tujuan organisasi semakin dekat untuk dicapai.

Pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya :

  1. Preventive control

Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin mengawasi perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga persiapan yang dilakukan, termasuk rekruitmen anggota

2. Repressive control

Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung, dengan mengawasi hasil yang dari pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi dan laporan yang didapatkan (melakukan pengukuran capaian hasil)

3. Pengawasan saat proses dilakukan

Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga langsung mengikuti proses dan mengadakan korkesi jika ada penyimpangan

4. Pengawasan berkala

Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan (bisa 1 bulan sekali, 2 atau 3 bulan)

5. Pengawasan mendadak (sidak)

Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk melihat kinerja staff sehari-hari dan menghindari terjadinya penyimpangan

6. Pengawasan Melekat (waskat)

Pengawasan yang dilakukan secara dekat terhadap staff, hal ini sering dilakukan untuk tujuan-tujuan yang spesifik dan bersifat khusus, sehingga menghindarkan sekecil-kecilnya terjadi penyimpangan atau kesalahan

Kegiatan-kegiatan yang juga termasuk dalam kegiatan controlling termasuk  adalah evaluasi dan pelaporan. Evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap hasil pelaksanaan kegiatan atau program. Dalam melakukan evaluasi haruslah menyeluruh, mencakup capaian tujuan kegiatan, kinerja staff, pengetahuan staff, efektifitas dan efesiensi penganggaran dan proses kegiatan. Sedangkan pelaporan merupakan penyampaian perkembangan hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pemimpin yang lebih tinggi.

Controlling akan mengarahkan seluruh potensi organisasi yang terlibat agar tidak melakukan penyimpangan dalam pencapaian tujuan. Untuk itu controlling haruslah dilakukan secara bertanggung jawab dan dengan standar organisasi, sehingga pelaku-pelaku organisasi tetap bekerja secara maksimal dan fokus pada pencapaian tujuan organisasi.

Teori PSDM

Dalam kaitannya dengan penyerahan kewenangan sumber daya manusia, aspek pengembangan sumber daya manusia menjadi bagian penting dalam upaya mengelola sumber daya manusia secara keseluruhan. Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia mempunyai dimensi luas yang bertujuan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia, sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dalam organisasi (Wayne dan Awad, 1981:29). Pengembangan sumber daya manusia yang terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat sumber daya lainnya atau setidak-tidaknya pengolahan dan pemakaian sumber daya organisasi dapat secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak bagi suatu organisasi dalam menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan (Siagian, 1996:182). Kondisi “conditio sine quanon” ini dapat dikategorikan sebagai bentuk investasi yaitu human investasi.
Meskipun program orientasi pengembangan ini memakan waktu dan dana, semua organisasi mempunyai keharusan untuk melaksanakannya, dan menyebut biaya-biaya untuk berbagai program tersebut sebagai investasi dalam sumber daya manusia. Ada dua tujuan utama dalam hal ini, pertama, pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang ditetapkan. (Handoko, 1998: 103).
Pencapaian keselarasan tujuan tersebut tentunya harus ditempuh melalui suatu proses tahapan panjang yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengelolaan dan pemeliharaan potensi sumber daya manusia. Karena secara makro Pengembangan sumber daya manusia (human resourses development) merupakan suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia, yaitu mencakup perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia (Notoatmodjo, 1998:2-3).
Dalam hal ini pengembangan sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian, sehingga dapat memegang tanggungjawab dimasa yang akan datang (Handoko, 1998 : 104).
Pada sisi lain pengembangan sumber daya manusia tidak hanya sebatas menyangkut internal sumber daya manusia sendiri (yaitu antara lain pengetahuan, kemampuan, sikap, tanggung jawab) namun juga terkait dengan kondisi eksternal, seperti lingkungan organisasi dan masyarakat. Hal ini tercermin dari tuntutan pengembangan sumber daya manusia sendiri yang pada dasarnya timbul karena pertimbangan: (1) pengetahuan karyawan yang perlu pemutakhiran, (2) masyarakat selalu berkembang dinamis dengan mengalami pergeseran nilai-nilai tertentu, (3) persamaan hak memperoleh pekerjaan, (4) kemungkinan perpindahan pegawai yang merupakan kenyataan dalam kehidupan organisasional (Siagian, 1996:199).
Berbagai tuntutan tersebut secara bersamaan saling mempengaruhi pelaksanaan dan arah pengembangan sumber daya manusia, baik menyangkut internal manusianya maupun lingkungan eksternal. Pada bagian lain dalam skup organisasi, faktor yang mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia ini dapat dibagi kedalam faktor internal yaitu mencakup keseluruhan kehidupan yang dapat dikendalikan organisasi, meliputi : (1) misi dan tujuan organisasi, (2) strategi pencapaian tujuan, (3) sifat dan jenis pekerjaan dan (4) jenis teknologi yang digunakan. Serta faktor eksternal, yang meliputi : (1) kebijaksanaan pemerintah, (2) sosio budaya masyarakat, (3) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Notoatmodjo,1998 : 8-10).
Secara khusus dalam pengembangan sumber daya manusia yang menyangkut peningkatan segala potensi internal kemampuan diri manusia ini adalah didasarkan fakta bahwa seseorang karyawan akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang berkembang untuk bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang ditemui selama karier.
Dalam hal ini merupakan persiapan karier jangka panjang seseorang. (Simamora, 1995:287). Sehingga cakupan pengembangan sumber daya manusia selanjutnya adalah terkait dengan sistem karier yang diterapkan oleh organisasi dan bagaimana sumber daya manusia yang ada dapat mengakses sistem yang ada dalam rangka mendukung harapan-harapan kerjanya (Simamora, 1995:323).

Lemahnya sumber daya manusia,dapat dikarenakan beberapa macam sebab, antara lain seperti budaya masyarakat, struktur masyarakat, atau rekayasa yang sengaja diterapkan pada masyarakat tertentu. Gejala yang tampil dari lemanya sumber daya manusia adalah :

1. lemahnya kemauan, merasa tidak mampu, tidak percaya diri, dan merasa rendah diri.
2. lemanya kemampuan, terbatasnya pengetauan,terbatasnya keterampilan,dan terbatasnyapengalaman.
3. terbatasnya kesempatan, kurang memenuhi kebutuhan yang diperlukan, sulit ditingkatkan, tidak mampu menggunakan kesempatan, dan peluang yang diberikan.
Sebenarnya ada beberapa langkah yang harus dilakukan demi tercapainya pengembangan sumber daya manusia.
Pertama : informasi-informasi yang luas, aktual, dan hangat agar dapat membuka ketertutupan pandangan dan wawasan, dan pada tahap selanjutnya akan menimbulkan gairah untuk melakukan sesuatu yang diperlukan (tumbuh kemauan dan keinginan berprestasi)
Kedua : motivasi dan arahan yang dapat menumbuhkan semangat untuk melaksanakan sesuatu atau beberapa tugas pekerjaan dengan adanya kepercayaan diri yang kuat, sehingga ada gairah untuk mewujudkan suatu tujuan (peningkatan produktivitas dan kemampuan diri)
Ketiga : metodologi dan system kerja yang dapat memberikan cara penyelesaian masalah dengan efektif dan efesien, secara terus-menerus (manusia potensial, actual, dan fungsional)

A. Teori Rasionalisme
Rasonalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern, yang menekankan bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme memiliki suatu keyakinan bahwa sumber pengetahuan terletak pada rasio manusia melalui persentuhannya dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. [2]
Rasio adalah subjek yang berfikir sekaligus objek pemikiran. Daripadanya keluar akal aktif, karena ia merupakan sesuatu yang pertama diciptakan. Akal manusia merupakan salah satu potensi jiwa, biasanya disebut dengan rational soul. Ia ada dua macam, yaitu : pertama praktis, ini bertugas mengendalikan badan dan mengatur tingkah laku. Kedua adalah teoritis, yakni khusus berkenaan dengan persepsi dan epistemologi, karena akal praktis inilah yang menerima persepsi-persepsi indrawi dan meringkas pengetahuan-pengetahuan universal dari padanya dengan bantuan akal aktif.
Dengan akal kita bisa menganalisa dan membuktikan, dengan akal pula kita mampu menyingkap realita-realita ilmiah, karena akal merupakan salah satu pengetahuan. Tidak semua pengetahuan diwahyukan, tetapi ada pula yang harus didedukasi oleh akal melalui eksprimen.
Rasionalisme menekankan bahwa kesempurnaan manusia tergantung pada kualitas rasionya, sedangkan kualitas rasio manusia tegantung kepada penyediaan kondisi yang memunkinkan berkembangnya rasio kearah yang memadai untuk mencerna berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan. [3]Pribadi-pribadi yang rasio adalah pribadi-pribadi yang mempunyai suatu keyakinan atas dasar kesimpulan yang berlandaskan pada analisis mendalam terhadap bebagai bukti yang dapat di percaya, sehingga terdapat hubungan yang rasional antara ide dengan kenyataan empiric. Untuk keperluan ini, ditemukan tata logic yang baik karena sangat berguna bagi pengembangan rasionalitas tersebut.
Mengingat pengembangan rasionalitas manusia sangat tergantung kepada pendayagunaan maksimal unsur ruhaniah individu yang sangat tergantung kepada proses psikologik yang lebih mendalam sebagai proses mental, maka yang lebih ditekankan oleh aliran rasionalisme ini dalam pengembangan sumber daya manusia tidak lain adalah dengan menggunakan pendekatan mental discipline, yaitu suatu pendekatan yang berupaya melatih pola dan sistematika berfikir seseorang atau sekelompok orang melalui tata logik yang tersistematisasi sedemikian rupa, sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data atau fakta yang ada untuk menuju pengambilan atau kesimpulan yang baik pula. Proses semacam ini memerlukan penguta-penguatan melalui pendekatan individualistis yang mengacu pada intelektualisti. Dan untuk keperluan ini memerlukan adanya upaya penyadaran akan watak hakiki manusia yang rasional. [4]
Upaya penyadaran erat kaitannya dengan fungsionalisasi rasionalitas manusia yang menjadi pertanda dirinya, terarah sedemikian rupa sehingga benar-benar dapat memecahkan berbagai problem kemanusiaan itu sendiri. Oleh karena itu, pendewasaan, intelektual melalui pembinaan berfikir reflektif-kritis-kretif yang akan menumbuhkan konsep diri untuk membentuk sikap dirinya dalam memandang persoalan-persoalan diberbagai realitas kehidupannya. Dengan adanya kemampuan berfikir reflektif ini akan memudahkan seseorang mengambil keputusan yang akan melahirkan kreatifitas dan inovasi dalam berbagai kajian yang ia sukai, di samping itu juga dapat mengembangkan imajinasinya. Sehingga dengan demikian menjadikan yang bersangkutan dapat mengelola ilmunya sebagai dasar bagi peningkatan dan pengembangannya pada hal-hal yang lebih tinggi. Dengan berfikir reflektif, dapat menjadikan subjeknya mampu memandang jauh ke depan menuju tatanan keilmuan yang lebih baik dan sempurna.
Upaya penyadaran akan fungsi manusi sebagai makhluk rasioanal ini merupakan tugas yang esensial bagu dunia pendidikan, karena memang eksistensinya bersentuhan langsung dengan kemanusiaan itu sendiri. Dengan demikian, penumbuhkembangkan berfikir reflektif, kritis, kreatif ini menurut aliran rasionalisme merupakan kunci suksesnya suatu pendidikan. Jika pengembangan dan penyempurnaan rasionalitas akan dicapai melalui upaya pendidikan, maka diperlukan semacam ekosistem rasional yang akan mendukung terciptanya kemampuan berfikir rasional tersebut. Mengingat berfikir berkenaan dengan kebebasan mengeluarkan pendapat dan fikiran, maka aspek kebebasan aspek penting dalam mewujudkan manusia-manusia yang diinginkan.
Kebebasan adalah hak asasi manusia dan dengan kebebasan manusia memperoleh jalan untuk mengembangkan potensi-potensinya. Kebabasan merupakan sesuatu yang diperlukan bagi terbentuknya manusia-manusia yang mandiri, sehingga ia pun mesti bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya. Oleh karena itu, aliran ini sangat menghargai asa demokrasi dalam pembentukan watak manusia.
Berdasarkan pemikiran ini, aliran rasioanalisme berpendapat bahwa tujuan pendidikan pendidikan adalah semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek didik secara penuh berdasarkan bakal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang luas untuk kepentingan kehidupannya, sehingga ia pun dengan mudah dapat menyesuiakan diri dengan masyarakat dan lingkungan.
Sebenarnya memang benar jika segala sesuatu khususnya pengembangan sumber daya manusia itu tidak terlepas dari awalan rasio. Artinya, semua hal tidak akan bisa berjalan tanpa adanya proses akal yang aktif pada setiap jiwa diri seseorang. Akan tetapi, meskipun demikian penganut ini tidal boleh mempunyai sifat egoisme karena tanpa yang lain ia tidak akan bisa berdiri seutuhnya sebbagaimana yang diharapkan.

B. Teori Realisme
Pada hakikatnya kelahiran realisme sebagai suatu aliran dalam filsafat merupakan sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu sisi, dan empirisme John Lock disisi lainnya. Realisme ini kadanng kala disebut juga neo rasionalisme. John Lock memandang bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat metafisik[5] dan universal. Ia berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan benar jika didasarkan pada pengalaman-pengalaman indrawi. John Lock menyangkal kebenaran akal, sedangkan menurut idealisme Immanue Kant, realisme termasuk salah satu aliran klasik yang selalu disandarkan pada nama besar Aristoteles yang memandang dunia dalam terma material. Segala sesuatu yang ada di hadapan kita adalah suatu yang riil dan terpisah dari pikiran manusia, namun ia dapat memunculkan pikiran dengan melalui upaya selektif terhadap berbagai pengalaman dan melalui pendayaan fungsi akal. Jadi, realitas yang ada adalah dalam wujud natural, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu dapat digerakkan dari alam.
Dalam memandang kehidupan, realisme berpendapat bahwa kehidupan fisik, mental, moral, dan spiritual biasanya ditandai atau terlihat dalam alam natural. Dengan demikian terlihat realisme sesungguhnya lebih cendrung untuk mengatakan sesuatu itu sebagai sesuatu itu sendiri dari pada sesuatu itu sebagai apa mestinya. Oleh karena itu, dalam mengembangkan sumber daya manusia aliran ini berangkat dari cara manusia memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran realisme, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara substantive ada. Suatu teori dikatakan benar apabila adanya kesesuaian dengan harapan dapat diamati dan semuanya perfeck. Aliran ini menyakini bahwa adanya hubungan interaksi antara pikiran manusia dan alam semesta tidak akan mempengaruhi sifat dasar dunia. Objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri, bukan hasil persepsi dan bukan pula hasil olahan akal manusia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadari dan ia tetap akan ada setelah pikiran tidak menyadarinya. Jadi menurut realisme ada atau tidak adanya akal pikiran manusia, alam tetap riil dan nyata dalam hukum-hukumnya.
Bagi kelompok realisme, ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat dikatakan benar semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika pengetahuan baru itu berubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah lantaran yang lama itu memang benar, yaitu desebabkan pengetahuan lama koresponden dengan apa yang terjadi dengan kasus itu.
Dengan demikian, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang koresponden dengan dunia sebagaimana apa adanya. Dalam perjalanan waktu, ras manusia telah dikonfirmasi secara berulang-ulang, menanamkan pengetahuan tertentu kepada anak yang sedang tumbuh merupakan tugas yang paling penting.

DIRECT INSTRUCTION

Pengertian Direct Instruction

Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada  siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Siswa memperoleh informasi pengetahuan dan tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center, dengan penekanan pembelajaran deklaratif, prosedural dan keterampilan akademik terbimbing. Dalam Pembelajaran ini guru  menerapkan dengan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa langkah demi langkah.

 

Ciri-ciri Direct Instruction

  1. Pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utamanya. oleh karena itu sering diidentikkan dengan ceramah
  2. Pembelajaran menyajikan materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal atau dipahami sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
  3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri, Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya  dan  dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan dengan benar
  4. System pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
  5. Pengetahuan yang dikuasai siswa termasuk pengetahuan deklaratif dan prosedural. Yang termasuk pengetahuan deklaratif seperti konsep, definisi, atau sejenisnya. Sedangkan tata cara tentang sesuatu, tahapan, atau mekanisme suatu proses atau kegiatan termasuk prosedural

STRATEGI BELAJAR PQ4R

Konsep Strategi Belajar PQ4R

Strategi PQ4R (preview, question, reading, reflect, recite, review) bersumber pada prinsip belajar dan penemuan dari psikologi kognitif. Sejumlah studi tentang strategi PQ4R menyimpulkan bahwa metode ini dapat membuat perbedaan dalam sejumlah informasi pada tes. Strategi ini dapat mengarahkan siswa kepada terciptanya lingkungan pembelajaran yang aktif, dan memproses informasi lebih dalam lagi. Sebagian besar siswa menggunakan strategi belajar yang pasif. Membaca pasif akan membentuk karakter saat bekerja nanti menjadi seorang pekerja keras tapi lemah dalam ingatannya.

Logsdon (2007) menyatakan bahwa siswa membutuhkan strategi yang efektif untuk memahami apa yang mereka baca dan untuk mengingat secara detail apa yang sudah mereka baca. Salah satu strategi yang cukup efektif dalam tujuan ini adalah strategi yang dikenal dengan istilah PQ4R strategy. Strategi PQ4R ini telah dikenal cukup lama dalam pembelajaran reading namun tetap diyakini efektif membantu siswa dalam reading. Oleh karena itu, strategi PQ4R dalam penelitian ini akan merujuk kepada strategi PQ4R yang diajukan oleh Thomas dan Robinson (1972) yang didukung oleh beberapa ahli lainnya seperti Fergoson (2005) dan Logsdon (2007). PQ4R merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review. PQ4R ini merupakan tahapan-tahapan langkah yang dilakukan dalam memahami sebuah teks bacaan.

Langkah-langkah Strategi Belajar PQ4R

Metode ini dikembangkan oleh Thomas dan Robinson (1972) menurut Anderson (1990:211) pada hakekatnya merupakan penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan pengelolahan materi secara  lebih mendalam dan luas.

Langkah-langkah yang digunakan :

a)  Preview, bab yang akan dipelajari hendaknya disurvei terlebih dahulu untuk menentukan topik umum yang terdapat di dalamnya. Kemudian bab sub bab yang dalam bab tersebut hendaknya di identifikasi sebagai unit-unit yang akan dibaca.

b) Question, pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan sub bab hendaknya disusun misalnya dengan cara mengubah judul sub bab yang bersangkutan ke dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan

c) Read isi sub bab hendaknya dibaca cermat sambil mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tadi

d) Reflect selama membaca isi sub bab hendaknya di kenang secara mendalam atau difikirkan agar dapat dipahami isinya dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

e) Recite, setelah sebuah sub bab selesai dibaca, informasi yang terdapat didalamnya hendaknya diingat-ingat lalu, semua pertanyaan mengenai sub bab tersebut dijawab

f) Review setelah menyelesaikan satu bab, tanamkanlah materi bab tersebut ke dalam memori sambil mengingat. Ingat intisari-intisarinya. Kemudian, jawablah sekali lagi seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan sub bab dari bab tersebut.

 

FILSAFAT PENDIDIKAN

Objek Material dan Objek Formal Filsafat

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun tidak dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan untuk dapat disebut ilmu harus memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksud adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang ilmu Apakah itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memiliki dua macam objek tersebut. Objek material adalah sesuatu hal yang disajikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peniliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Satu objek material dapat  ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya objek materialnya adalam manusia dan manusia ini ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi. Istilah objek material sering dianggap sama dengan pokok persoalan. Pokok persoalan ini perlu dibedakan atas dua arti. Arti pertama pokok persoalan dapat dimaksudkan sebagi bidang khusus dari penyeledikan factual. Arti kedua, pokok peroalan dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokokyang saling berhubungan. Setiap ilmu khusus menjumpai problem-problem yang bersifat umum. Problem-problem semacam itu tidak dapat dijawab oleh ilmu itu sendiri (meskipun muncul dari ilmu itu sendiri), karena setiap bidang ilmu memiliki objek material yang terbatas. Dalam hai ini filsafat mengatasi setiap ilmu, baik dalam hal metode maupun ruang lingkupnya. Objek formal filsafat terarah pada unsure-unsur keumumam yang secara pasti ada pada ilmu-ilmu khusus. Dengan ditinjau yang terarah pada unsure-unsur keumumannya itu, maka filsafat berusaha mencari hubungan-hubungan di antara bidang-bidang ilmu yang bersangkutan. Aktifitas yang demikian ini disebut multidisipliner.

 

Persoalan Filsafat

            Peroalan filsafat berbeda dengan persoalan non-filsafat. Perbedaannya terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Cirri-ciri persoalan filsafat adalah:

  1. Besifat sangat umum yaitu persoalan kefilsafatan tidak bersangkut dengan objek-objek khusus.
  2. Tidak menyangkut fakta yaitu persoalan filafat lebih bersifat spekulatif.
  3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (values) yaitu berkaitan baik dengan nilai moral, estetis, agama dan social.
  4. Bersifat kritis yaitu analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-artiyang biasanya diterima begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
  5. Bersifat sinoptik yaitu mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
  6. Bersifat implikatif yaitu jika sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, maka dari jawaban tersebut maka akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.

 

Berfikir secara Kefilsafatan

            Berfilsafat adalah berfikir. Ini tidak berarti  berpikir adalah berfilsafat. Ada beberapa cirri berpikir secara kefilsafatan :

  1. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya, berfikir sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke kesubstansi yang dipikirkan.
  2. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum) yaitu tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum.
  3. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual yaitu hasil generalisasi (perumuman ) dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.
  4. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten  artinya tidak mengundang kontradiksi.
  5. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
  6. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif yaitu mencangkup secara menyeluruh.
  7. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas yaitu bebas dari prasangka-prasangka social, historis, cultural ataupun religious.
  8. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemiikiran yang bertanggung jawab.

SISTEM MNEMONIC

Mnemonic berasal dari bahasa Yunani, “Mnemosyne”, yang berarti Dewi Memori. Yang dimaksud Mnemonic adalah menghafalkan sesuatu dengan “bantuan”. Bantuan tersebut bisa berupa singkatan, pengandaian dengan benda, atau “linking” (mengingat sesuatu berdasarkan hubungan dengan suatu hal lain), dan masih banyak metode lain. Contoh Mnemonic yang paling populer adalah “MEJIKUHIBINIU” (Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu) yang digunakan untuk menghafalkan warna pelangi. Mnemonic adalah teknik untuk mengingat informasi yang sangat sulit untuk diingat kembali. Terdapat tiga prinsip dasar ketika menggunakan mnemonic, yakni imajinasi, asosiasi, dan lokasi. Dengan memadukan ketiganya, Anda dapat menggunakan ketiga prinsip ini untuk membangun sistem mnemonic memori yang powerful. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa mnemonic adalah teknik untuk memudahkan mengingat sesuatu yang dilakukan dengan membuat rumusan atau ungkapan, atau menghubungkan kata, ide, dan khayalan. Dengan kata lain mnemonic berarti teknik untuk mendayagunakan daya ingat dengan cara-cara tertentu. Adapun manfaat penggunaan mnemonic, karena memudahkan mengingat, tentunya juga akan memudahkan belajar. Hambatan belajar akan hilang. Ini akan membangkitkan motivasi siswa untuk lebih giat belajar, sehingga akhirnya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Ternyata ada teknik untuk menghapal dengan mudah, namanya Mnemonic Techniques. Mnemonic yang diambil dari bahas Yunani yaitu mnemonikos yang artinya “mengingat”. Ada banyak teknik mnemonic yang dapat dilakukan supaya daya ingat bisa lebih kuat dan hapalan bisa bertahan lebih lama di kepala. Contohnya:

ü  Acronyms. Teknik ini yang paling mudah dan paling sering digunakan. Carannya dengan menyingkat hal-hal yang harus kita ingat. Misalnya untuk warna pelangi, seringnya disingkat mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, nila, dan ungu).

ü  Acrostics. Hampir-hampir sama dengan acronyms, kita berusaha mengingat sesuatu dengan membuat kalimat baru. Misalnya menghafal nama-nama planet yang berurutan dari matahari, Merkurius, Venus, Bumi, bisa disingkat menjasi Merah Vespa Baru.

ü  Rhymes and Songs. Banyak orang yang jauh lebih jago menghafal lirik lagu dibandingkan pelajaran, maka dalam menghafal  sesuatu, metode ini cocok untuk digunakan. Misalnya dalam mengingat nama-nama hari atau alfabet waktu kecil, kita diajarkan menghafalnya dengan lagu. Nah, itu adalah conton dari metode mnemonic rhymes and songs.

ü  Metode Loci. Metode ini bisa dipakai jika kita harus mengingat banyak hal dalam satu waktu. Misalnya untuk menghafal unsur-unsur kimia, kita menggunakan barang-barang yang ada di kamar kita, contohnya laci sebagai Oksigen, pintu sebagai Hidrogen, dan sebagainya.

ü  Chunking. Ini teknik yang digunakan jika ingin menghafal angka. Teorinya adalah, daripada menghafal delapan digit angka secara bersamaan, lebih baik membagi angka-angka itu ke beberapa bagian. Misalnya untuk angka 47857988, bisa dibagi ke 478-579-88.

ü  Link System. Teknik ini digunakan dalam menghafal daftar. Kita bisa mencoba menggunakan mnemonic link system. Misalnya kita perlu menghafal daftar yang di dalamnya terdiri dari: anjing, amplop, angka 13, benang, dan jendela. Kita bisa membuat sebuah cerita, seekor anjing mengirim amplop ke rumah nomor 13 yang isinya benang lewat jendela. Lebih mudah, kan?

Untuk pembelajaran, cara penggunaan mnemonic sebagai berikut: (1) siapkan fakta atau kata kunci dari materi pelajaran yang harus diingat, (2) kaitkan kata-kata tersebut antara satu dengan yang lain, (3) buat visualisasi (khayalan) di dalam pikiran, (4) panggil ulang kata-kata tersebut.

TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN

Mengklasifikasikan media berdasarkan ciri-ciri fisiknya ke dalam delapan tipe, yaitu:

  1. Benda sebenarnya (realita): orang, kejadian, objek atau benda tertentu.
  2. Presentasi verbal: media cetak, kata-kata yang diproyeksikan melalui film bingkai (slide), transparansi, cetakan di papan tullis, majalah dan papan tempel.
  3. Presentasi grafis: bagan, grafik, peta, diagram, lukisan, poster, kartun dan karikatur.
  4. Potret diam (still picture): potret yang diambil dari berbagai macam objek atau peristiwa yang mungkin dapat dipresentasikan melalui buku, film rangkai (filmstrips), film bingkai (slide) atau majalah/surat kabar.
  5. Film(motion picture): film atauvideo tape dari pemotretan/perekaman benda atu kejadian sebenarnya, maupun film dari pemotretan gambar (animasi).
  6. Rekaman suara (audio recorder): yaitu rekaman suara saja yang menggunakan bahasa verbal maupun efek suara musik (sound effect).
  7. Program: terkenal pula dengan istilah pengajaran berprogram, yaitu sikuen dari informasi baik verbal, visual atau audio yang sengaja dirancang untuk merangsang adanya respons dari pebelajar. ada pula yang dioersiapkan dan diprogram melalui mesin komputer.
  8. Simulasi: peniruan situasi yang sengaja diadakan untuk mendekati/menyerupai kejadian atau keadaaan sebenarnya. Misalnya prilaku bagaimana seoarang sopir ketika sedang mengemudi yang ditunjukan pada layar video atau layar film.

 

Klasifikasi berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh

  1. Pengalaman langsung (the real life experiences). Berupa pengalaman langsung dalam suatu peristiwa (firs hands experiences) maupun mengamati kejadian atau objek sebenarnya.
  2. Pengalaman tiruan (the subtitute of the real experiences). Berupa tiruan atau model dari objek atau benda yang berwujud model tiruan, tiruan dari situasi melalui dramatisasi atau sandiwara dan berbagai rekaman atau objek atau kejadian.
  3. Pengalaman dari kata-kata (words only). Berupa kata-kata lisan yang diucapkan, rekaman kata-kata dari media perekam dan kata-kata yang ditulis maupun dicetak.

 

Klasifikasi berdasarkan pesepsi indera yang diperoleh

  1. Media audio: media yang menghasilkan bunyi, misalnya Audio Cassette Tape Recorder, dan Radio.
  2. Media visual: media visual dua dimensi, dan media visual tiga dimensi.
  3. Media audio-visual: media yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam suatu unit media. Misalnya film bersuara dan televisi.
  4. Media audio motion visual: penggunaan segala kemampuan audio dan visual ke dalam kelas, seperti televisi, video tape/cassette recorder dan sound-film.
  5. Media audio still visual: media lengkap kecuali penampilan motion/geraknya tidak ada, seperti sound-filmstrip, sound-slides, dan rekaman still pada televisi.
  6. Media audio semi-motion: media yang berkemampuan menampilkan titik-titik tetapi tidak bisa menstransmit secara utuh suatu motion yang nyata. Misalnya: telewriting dan recorded telewriting.
  7. Media motion visual: silent film (film-bisu) dan loop-film)
  8. Media still visual: gambar, slides, filmestrips, OHP dan transparansi.
  9. Media audio: telepon, radio, audio tape recorder dan audio disk.
  10. Media cetak: media yang hanya menampilkan informasi yang berupa simbol-simbol tertentu saja dan berupa alphanumerik.

 

Klasifikasi berdasarkan penggunaannya

  1. Media pembelajaran yang penggunaannya secara individual. Misalnya laboratorium bahasa, IPA, IPS serat laboratorium Pusat Sumber Belajar.
  2. Media pembelajaran yang penggunaannya secara kelompok (misal film dan slides)
  3. Media pembelajaran yang penggunaannya secara massal (misal televisi).

 

Klasifikasi berdasarkan sifat modernnitasnya

  1. Ruang kelas otomatis yaitu ruang kelas yang dapat diubah-ubah fungsinya secara otomatis (guru tinggal menekan tombol) untuk menciptakan perubahan kelas besar menjadi kelas kecil atau diskusi.
  2. Sistem proyeksi berganda (multiprojection system)Suatu sistem ruang proyeksi yang melengkapi ruang kelas otomatis, yang memungkinkan proyeksi bahan-bahan melalui berbagai proyektor secara terkoordinasi.
  3. Sistem interkomunikasi. Sistem ini dibuat dalam rangka pengajaran secara massal, dimana programnya di-TV-kan. Sistem ini digunakan untuk beberapa kelas dalam suatu sekolah maupun oleh beberapa sekolah. Untuk memelihara interaksi dan partisipasi siswa setiap kelas disediakn media interkomunikasi.