Psikologi Pendidikan

Definisi Psikologi

William James,1980: Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya.

Wilhelm Wundt, 1892: Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pukiran serta kehendakkita yang bertolak belakang dengan setiap obyek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam.

James Angel, 1910: Semuakesadaran dimana saja, normal atau ubnormal, manusia atau binatang, merupakan pokokpermasalahan yang dicoba untuk dijelaskan oleh ahli psikologi, dan tidak ada definisi ilmu iniyang sepenuhnya dapat diterima, semua bunyinya kurang lebih sama.

John B. Watson, 1919: Bagi aliran behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia, perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak, sebagai pokok masalah.

Kurt Koffka, 1925: Sebagai definisi sementara ini, kita boleh mengatakan bahwa pokok masalahnya adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar.

Arthur Gates 1931: Dipandang secara luas, psikologi mencoba menemukan peraturan umum yang menerangkan perilaku organism hidup.bidang ini mencoba menunjukkan, menerangkan dan menggolongkan berbagai macam kegiatan yang sanggup dialakukan oleh binatang, manusia atau lainnya.

Norman Munn, 1951: Psikologi byasanya didefinisikan sebagai “ilmu mengenai perilaku”. Tetapi hal yang menarik, pengertian “perilaku” yang telah mengalami perkembangan sehingga sekarang ikut menangani hal yang pada masa lampau disebut pengalaman. Hal-hal pribadi seperti proses-proses (subyektif) seperti berfikir, sekarang berhubungan dengan “perilaku dalam”.

Kenneth Clark dan George Millter, 1970: Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara berbicara dan prerubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.

Richard Mayer, 1981: Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahamiperilaku manusia.

Definisi Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan. Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Definisi Pendidikan menurut para ahli:

1. John Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses tanpa akhir (education is the process without end). Dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (daya intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

2. Van Cleve Morris berpendapat bahwa pendidikan adalah studi filosofis yang pada dasarnya bukan hanya alat untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, melainkan juga merupakan agent (lembaga) yang berugas melayani hati nurani masyakat dalam perjuangannya mencapai hari yang lebih baik.

3. Herman H. Horne menyatakan bahwa pendidikan adalah proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan alam jagat raya.

4. Dr. Omar Muhammad Al Toumy al Syaebani mengartikan pendidikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individual (orang per orang) dalam kehidupan pribadinya, dalam kehidupan sosial (kemasyarakatan) – nya dan dalam kehidupan di lingkungan alam sekitar melalui suatu proses.

5. Dr. Mohammad Fadhil al- Djamaly berpendapat bahwa pendidikan adalah proses mengarahkan derajat kemanusiaan sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).

6. Dr. M.J. Langeveld berpandangan bahwa pekerjaan mendidik adalah membimbing anak didik yang belum dewasa kearah kedewasaan yang bercirikan kemandirian (self-standing).

  1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
  2. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
  3. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.

Pengertian Pendidikan versi Wikipedia

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Dari berbagai pengertian-definisi tersebut di atas dapat kita kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki, melanjutkan mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.

 

Definisi Psikologi pendidikan

 

Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12).

Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :

  • Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
  • Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
  • Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
  • Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
  • Penyenggaraan pendidikan keguruan

Menurut Muhibbin Syah,

Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.

Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)

Definisi Psikologi pendidikan adalah …… a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.

Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.

Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)

Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.

Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)

Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being.

Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

 

Tujuan Psikologi Pendidikan

Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan, antara lain :

a. Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.

b. Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalah hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya

c. Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik.

Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa¸tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan. Mencakup dua dimensi, yaitu :

a. Bagi Individu, bermanfaat secara materiil, formil dan praktis.

b. Bagi sosial, (dalam prinsip-prinsip) :

1. Homo socious / social being, manusia tidak akan menjadi manusia tanpa adanya manusia lain.

2. Saling mengerti atau memahami: tentang bakat seseorang, hoby seseorang, kecerdasan seseorang, dll

3. Saling berusaha menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini apa yang diinginkan oleh peserta didik akan mudah dimengerti oleh guru.

 

Objek Psikologi Pendidikan

Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam:

a. Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun obyek material dari psikologi ialah manusia.

b. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. maka obyek formal dari psikologi adalah berbeda beda menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek formalnya adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Decrates obyek psikologi itu adalah gejala-gejala kesadaran yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan sebagainya.. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan abad ke 20 ini yang menjadi obyeknya adalah tingkah laku manusia yang tampak. Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidak sadaran manusia.

Pada umumnya psikologi itu dapat dibagi menjadi dua golongan besar:

1. Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh Plato dan Aristoteles.

2. Psikologi empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen  dan mengumpulkan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.

Psikologi empiri dapat dibagi atas:

1. Psikologi umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.

2. Psikologi  khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya.

Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi seperti antara lain:

– Psikologi Perkembangan, Psikologi Pemuda, Psikologi Kedokteran, Psikologi Kriminil, Psikologi Teknik, Psikologi Sosial, Psikologi Ketidak sadaran, Behaviorisme, Psikologi Gestalt.

 

Metode dalam Psikologi Pendidikan

Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya “Educational Psychology” bahwa metode-metode pokok dalam psikologi pendidikan adalah:

1. Metode Experimental

Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya. (Shalahuddin,1990:23). Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat “mencemari dan mengotori” hasil penelitian. Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian:

Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:

– Ada masalah (problem)

– Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem

– Alternatif jawaban/hipotesis

– Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan

– kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:12)

Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak (Slavin,2008:21)

2. Metode Questionare

Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada suatu kelompok  individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian. Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:

a. Tidak terlalu memakan biaya.

b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.

Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)

3. Metode Klinis

Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)

Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:

  • Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
  • Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
  • Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
  • Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)

4. Metode Case Study

Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik. Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin,1990:26)

5. Metode Introspeksi

Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:9)

 

Tinggalkan komentar